30 Januari, 2012

@Spektrum warna kehidupan itu ada


Seperti anak kecil yang baru masuk dunia pendidikan yang baru dikenalnya. Itulah aku. Saat itu aku tak tahu banyak, masih suam untuk reaktif peka terhadap yang biru dan merah. Seperti anak itu, aku rentan terkontaminasi. Modal nekat dengan bismilah saja ^^.
Peristiwa demi peristiwa kucicipi seperti makanan, karena aku tertarik akan kemasan juga segala rupa daya tariknya.
Peristiwa demi peristiwa kupelajari seperti modul, karena aku ingin tahu dan belajar lebih banyak lagi.
Ada juga yang tak sengaja.
Ah, tetap kusantunkan diriku untuk merasai ini, memaknai film ini, menyoroti satu demi satu sang tokohnya.
Banyak peristiwa yang membuat aku schok. Membuat aku lebih memantaskan diri untuk diilhami kekuatan oleh Allah untuk menyegerakan diri mengambil keputusan. Ah, itu dia yang ingin aku bisa.
Perjalanan ini suram sobat, ketika kita dihadapkan sendiri dengan si merah. Tak mampu berkutik berarti mati, berani bertindak berarti nekat.
Namun perjalanan ini begitu sejuk sobat, ketika kita dihadapkan sendiri dengan si biru.
Tapi ingatlah, si biru bisa bereduksi menjadi merah.
Maka mintalah pada Allah kita, untuk segera mungkin dimudahkan untuk mencitrai segala laku dan bahasa.
Kita hanya bisa menerka dengan keterbatasan ilmu yang kita miliki, maka siapa yang bisa kita mintai ilmunya?
Maha benar Allah, IA sungguh Akurat.
Kita hanya bisa takut berburuk sangka, tapi sebenarnya kita takut, hanya berusaha memprotect diri saja.
Kita hanya bisa berani berbaik sangka, tapi sebenarnya masih takut, takut terpeleset dalam kehedonisan itu.
Maka bagaimana? Tak ada kepastian yang bisa kita rasakan selain dilema.
Ketika saat itulah, saat berbagai peristiwa serasa tertarik pada magnet dalam diriku ini aku bersyukur, bersyukur karena telah diberi waktu untuk merasakan. Merasakan abstraknya.
Ketika saat itulah, saat segala kekagetan menjadi fenomena, aku dituntut untuk bisa survive, hanya dengan satu keputusan.
Ku katakana pada diriku bahwa aku sudah dewasa, maka bersegeralah mengambil keputusan.
Keputusan yang sampai saat ini masih cerdas ku teguhkan, (ya, karena aku masih kaget).
Bagi sebagian orang yang bukan tokoh utama, kupastikan mereka tak akan peduli, lebih lebih mereka tak memposisikan dirinya.
ah, jujur saja. Aku masih dan selalu memerlukan Allah dalam setiap langkahku ini.
Tetap yang aku minta “ Allahku, segerakanlah aku untuk pandai. Pandai memaknai desaign dan skenarioMu. Untuk lebih peka terhadap duri yang sangat kecil bahkan wangi setetes parfum yang menguap dalam 6 ruangan itu. Agar aku hanya terpeleset dan mampu bangun, bukan terjerumus dan terperangkap dalam jurang yang dalam”.
Ya, ternyata hidup ini penuh warna.
Berhati’’lah terhadap warna itu.
LIBATKAN ALLAH KITA SELALU DALAM LANGKAH.
SUNGGUH, BERSAMA ALLAH TAK AKAN PERNAH ADA JALAN BUNTU.
Yu’ minta Allah dan berikhtiar agar dipantaskan olehNya.  

21 Januari, 2012

Menyerahlah, sobatku yang dahsyat keyakinannya^^


Pesanku, serahkan ikhtiar kita hari ini pada Allah. Biarkan IA yang memang pantas mengaturnya.
Ah…..
Kita nggak layak untuk menyombongkan diri.
Kita memang punya kuasa untuk memberi makna, membentuk keputsan. Namun penentu keputusan, mutlak kuasa Dzat yang Maha Kuasa.

Sobat..
Selupanya diri kita, ketika kita berada di ujung jalan yang terasa buntu, kita pasti ingat Dzat yang Maha menolong. Siapa yang kalian ingat?
Sekerasnya hati kita, ketika kita ingin di anggap baik. Pasti ada yang kita mintai untuk akhrnya meluluhkan hati kita. Siapa yang kalian mintai?
Sobat..
Pasti,
Kita pasti meminta pada Allah.
Kita pasti percaya bahwa IA selalu mampu merubah hal yang mustahil dan sulit menurut kita.
Betul, Penilaian yang akurat hanyalah penilaian Allah.
Ia Maha melihat ko. Nggak akan ada rugi kalo kita benar.
Sedangkan penilaian, mata, dan angka-angka manusia itu kerap meleset.
Maka berdu’alah seperti ini
“ Allahku, aku tahu jika penilaianmu baik terhadapku, maka mudah saja bagiMU untuk menitahkan dunia berpihak memberi segala kebaikan padaku. Meski baikku lebih sedikit dari lalaiku. Maka nilailah aku, Lindungi segala kecerobohan dan kelalaianku. Agar aku mampu mempertegas diri untuk lebih jujur pada alam ini. Untuk mentasbihkan pada semesta akan nama-nama indah milikMU”
Yu’ sobat…jangan terus meresahkan hati akan apa yang ada.
Sungguh itu HANYA SUATU KONSEKUENSI atas keputusan untuk membangun diri atau menjatuhkan diri.
Ikhlaslah, MENYERAHLAH.. MENYERAHLAH..
MENYERAH PADA Tuhan Semesta Alam,
Jangan pernah takut akan penilaian manusia, takutlah akan penilaian Allah.
Aku percaya, Allah maha berkehendak untuk menciptakan segala kemungkinan, memelsetkan yang salah itu jadi benar… maka yakinlah, miliki hati yang besar dan berserah^^.
Ya, di ujung itu. MENYERAHLAH PADA KETETAPANNYA.
Dan kemudian bentuklah diri untuk pantas mendapat syafaat , hadiah darinya.
Semangat akh,
Senyum manismu butuh untuk kau pamerkan pada kebahagiaan sesama^^